Baru-baru ini pengguna Twitter dikejutkan foto penemuan candi bawah air yang disebutkan berada di perairan Selat Bali. Foto tersebut telah sampai ke pihak Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sejak 1-2 bulan lalu. Menanggapi foto tersebut, Dirjen Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Hari Utomo Drajat meragukan kebenarannya.
Menurutnya, sebuah candi tidak semudah itu dapat bertahan dalam air yang bergerak mengingat bahan bangunan candi rata-rata adalah batu bata. "Belum lagi korosi di bawah air," katanya dalam seminar "Warisan Budaya Bawah Air, Apakah Harus Dilelang?" di Museum Nasional, Jakarta, Rabu (4/8/2010).
Oleh karena itulah, Kementerian Kebudayaan Pariwisata akan mengkaji lebih jauh kondisi in situ atau lokasi candi tersebut. Sebab, menurut data Kemenbudpar, arkeologi bawah air hanya ada di Aceh yang terbentuk akibat bencana tsunami. "Yang ada arkeologi bawah air berkaitan perkotaan itu hanya pada saat tsunami, di Aceh. Kota tenggelam, industri logam emas, ketarik ke bawah air," katanya.
Akan tetapi keraguan tersebut kini telah terpecahkan. Candi tersebut memang benar ada, tepatnya di daerah Pemuteran, perairan Bali utara. Namun, candi tersebut bukanlah peninggalan arkeologis melainkan candi buatan yang sengaja dibangun di kawasan konservasi terumbu karang.
Hal tersebut dikatakan Paul M Turley, pemilik Sea Rover Dive Center yang mengambil foto-foto kontroversial tersebut, seperti dilansir situs the Jakarta Globe. Candi buatan yang diberi nama Taman Pura itu dibangun mulai tahun 2005 pada kedalaman 15-29 meter.
Kawasan tersebut merupakan bagian dari proyek konservasi terumbu karang Reef Gardiners yang mendapat dukungan dana dari Australian Agency for International Development (AusAid). Di sana terdapat 10 patung dan sebuah struktur candi yang kini sudah diselimuti karang.